Negara Rasis!
Negara sudah rasis ketika menempatkan diplomat Rayyanul Sangaji sebagai tameng di gedung PBB. Rayyanul yang bukan orang Papua ini dipilih hanya karena warna kulit gelap yang menyerupai orang Papua. Ini yang disebut fetisisme rasial. Negara gunakan warna kulitnya sebagai komoditi politik dalam menghalau isu West Papua.
Prasangka rasial berlaku juga pada 61 orang Papua dibawa ke Istana Presiden. Atau pada Orang Papua (yang tidak tahu menahu) disuruh ikut dalam deklarasi damai. Karena mereka dipakai sebagai objek pencitraan. Mereka diplih bukan karena aktor representasi dari masalah, tetapi karena orang Papua.
Ada juga segregasi dan kekerasan rasial ketika negara gunakan orang non Papua melalui ormas Barisan Nusantara untuk serang orang Papua. Atau ketika Kapolri umumkan korban di Wamena bersadarkan golongan rasial. Atau ketika Jokowi berbela sungkawa dan perintah investigasi kepada 2 orang Mahasiswa Indonesia yang terbunuh, sementara Mahasiswa apalagi ratusan rakyat Nduga yang mati tertembak dibiarkan.
Jadi rasialisme memang sudah terlembaga dalam nalar kekuasaan negara Indonesia. Orang Papua hanyalah komoditas politik pencitraan. Dalam kenyataan Indonesia hanya butuh sumber daya alam Papua. Aneksasi West Papua tanpa persetujuan orang Papua itu saja sudah rasis, karena dianggap primitif, tidak beradab.
Oleh Victor Yeimo
Komentar
Posting Komentar